Jumat, 19 Desember 2014




Add caption


Kota Tegal di panggung yang

memiliki energi kuat patilasan
sunan panggung.
beliau anak dari Sunan kali jaga.
dari hasil pernikahannya
dengan Retna Siti Zaenab yang
saudaranya Sunan Gunung Jati.
Sunan Panggung muda, semula

mempelajari Syari'ah sampai

menguasai hal-hal syari'ah
tersebut.
Selanjutnya beliau juga
mempelajari Thoriqoh, dan Sunan
Panggung muda kemudian sangat-
sangat tertarik dengan Hakikat dan
Ma'rifat,
dan diceritakan beliau juga sakti
mandraguna disamping beliau
adalah sufi terkemuka.
Kelakuan Sunan Kudus yang punya
juga darah Parsi yang
fundamentalis yang sangat radikal,
dengan kesukaannya menghasut-
hasut dan membunuh, sangat tidak
disukai masyarakat pada waktu itu,
dan melaporkan ketidak sukaan
mereka kepada Sunan Panggung
Muda.
Sunan Panggung muda bertafakur,
memikirkan dengan cara
bagaimana menyampaikan
ketidaksukaan masyarakat ini.
Beliau kemudian memelihara dua
ekor anjing, yang kemudian
dinamai dengan Ki Iman dan Ki
Tokid.
Dua ekor anjing ini sering dibawa
pergi ke pasar dan sering
dipanggil-
panggil namanya,
Imaaaaan, ..... Tokiiiiid.... Peristiwa
itu menyebar dan dilaporkan
kepada Sunan Kudus. Sunan Kudus
marah, tetapi beliau takut dengan
Sunan Kalijogo, yang mempunyai
lebih banyak pengaruh daripada
beliau.
Sunan Panggung muda kemudian
melaksanakan puncak skenarionya,
ialah dengan mengajak kedua
anjingnya itu masuk ke Masjid
Sunan Kudus, dan berlarian di
dalam Masjid dengan sengaja.
Sunan Kudus yang dilapori merasa
senang, punya alasan untuk
menangkap Sunan Panggung muda.
Sunan Panggung muda, yang
sengaja membiarkan agar dia
ditangkap Sunan Kudus, tidak
melawan. Fatwa Sunan Kudus ialah,
Sunan Panggung harus dibakar
hidup-hidup.
Sejarah mencatat, Sunan Panggung
muda bisa lolos dari hukuman itu,
dan tetap mengejek Sunan Kudus.
Versi yang di masyarakat adalah :
Sunan Kudus jadi membakar Sunan
Panggung muda, tetapi Sunan
Panggung muda malahan enak-
enak
duduk-duduk saja tersenyum,
Malahan beliau pada waktu itu
sambil menulis Suluk Malang
Sumirang.
Ada beberapa tulisan Sunan
Panggung, antara lain cuplikannya
ialah :
Orang yang tak mengetuk pintu
rahasia Allah, hanyalah terbelenggu
oleh aturan syari'ah. Sembahyang
sunnah dan fardu tak pernah
tertinggal, tetapi lalai terhadap
tetangganya yang lapar.
Sepedati penuh kertasnya... tetapi...
Yang dibicarakan hanyalah masalah
halal dan haram. Sebuah ejekan
terhadap Sunan Kudus, sang
fundamentalis radikal.
sunan panggung adalah salah satu
murid dari
Syeh Siti Jenar, yang terkenal
nama beliau adalah sunan derajat
atau Syeich Abdulrachman,
sunan panggung meninggal di di
alun-alun Demak
pada tahun 1452 M. dengan cara di
bakar hidup hidup selama acara
pembakaran sunan panggung ke 2
anjing kesayangan lama kelamaan
menangis dan akhirnya ke 2 anjing
tersebut meloncat ke tempat
pembakaran.
jasad Sunan
Panggung menghilang dan yang
tersisa adalah suluk (kitab) yang
berisi ajaran Sunan Panggung yang
terkenal dengan nama Suluk Malang
Sumirang.
berisi tentang ajaran
tentang Ketauhidan dan
ketidakmutlakan penafsiran
manusia terhadap kebenaran. Kritik
Sunan Panggung memang sangat
keras dan kasar (apalagi di jaman
itu) dengan menyamakan perilaku
taklid buta terhadap manusia
seperti kepatuhan seekor anjing
hitam dan merah pada tuannya.
Namun isi Suluk Malang Sumirang
sangat relevan dengan konteks
kekinian. Karena isi suluk tersebut
adalah tentang peringatan kepada
kita semua sebagai penganut
agama agar jangan cepat-cepat
menvonis suatu pemikiran yang
berbeda sebagai ajaran sesat, kafir
dan sebagainya. Karena kebenaran
di dunia , apalagi penafsiran dan
pemikiran manusia terhadap apapun
termasuk penafsiran terhadap
ajaran Tuhan sifatnya sangat relatif
dan tidak ada yang mutlak
kebenarannya